BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Pendidikan adalah upaya sadar yang dilaksanakan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu” (Soedjadi 2002 : 5). Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah untuk memberikan rumusan kepada siswa sebgai subyek belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Karena pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermoral, sabar, kompeten, mandiri, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi berbagai macam tantangan zaman sehingga tujuan pemerintah dalam meningkatkann kualitas mutu pendidikan tercapai walaupun secara signifikan belum menunjukkan hasil yang lebih berarti.
Menurut mulyasa (2002: 3) dijelaskan bahwa pendidikan merupakan wahana dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia perwujudan masyarakat atau bangsa berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidik terutama dalam mempersiapkan pesert didik agar menjdi subyek yang semakin berperan untuk menampakkan keunggulan diri yang tangguh mandiri dan profesional dalam bidang masing-masing.
“Pendidikan adalah upaya sadar yang dilaksanakan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu” (Soedjadi 2002 : 5). Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah untuk memberikan rumusan kepada siswa sebgai subyek belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Karena pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermoral, sabar, kompeten, mandiri, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi berbagai macam tantangan zaman sehingga tujuan pemerintah dalam meningkatkann kualitas mutu pendidikan tercapai walaupun secara signifikan belum menunjukkan hasil yang lebih berarti.
Menurut mulyasa (2002: 3) dijelaskan bahwa pendidikan merupakan wahana dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia perwujudan masyarakat atau bangsa berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidik terutama dalam mempersiapkan pesert didik agar menjdi subyek yang semakin berperan untuk menampakkan keunggulan diri yang tangguh mandiri dan profesional dalam bidang masing-masing.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan oleh pemerintah secara menyeluruh, artinya bersama-sama membangun kualitas pendidikan dengan melibatkan peran serta masyarakat khususnya peran serta orang tua yang merupakan pendidikan awal bagi seorang anak, sedangkan salah satu warga sekolah sebagai ujung tombak kegiatan belajar mengajar adalah guru, oleh karena guru sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan menggunakan tehnik mengajar yang bermakna, karena tehnik mengajar merupakan salah satu motor penggerak yang mengaktifkan siswa dalam proses balajar mengajar.
Tehnik mengajar yang bermakna memiliki peranan penting dalam proses balajar mengajar sehingga dapat memberikan semangat, rasa senang dalam belajar siswa yang berdampak pada motivasi untuk berprestasi yang lebih bagus, untuk itu guru dapat memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan kemampuan, keadaan siswa serta keadaan sarana dan prasarana sebagai penunjang proses belajar mengajar. Salah satu model pendekatan yang dapat ditempuh oleh guru dalam proses belajar mengajar adalam model pendekatan keterampilan proses.
Menurut Djamarah (2005: 88) pembelajaran dengan keterampilan proses “bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik memahami, menyadari dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik”. Rangkaian kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan. Sehingga siswa dapat belajar memahami dan mengalami dari apa yang dipelajarinya, kemudian mengkonstruksikan pemahaman itu ke dalam lingkungan nyata sehingga dari perlakukan seperti itu dampak belajar yang selama ini tidak pernah bertahan lama, karena berorientasi pada target penguasaan materi yang sudah ditentukan waktunya dalam kurikulum sehingga terbukti ketidak mampuan siswa dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan jangka panjang belajar hanya diperuntukkan untuk mengingat jangka pendek, tidak mampu memberikan bekal kepada anak untuk dapat memecahkan persoalan dalam lingkungan sebenarnya.
Menurut Diknas dalam Muhsan (2004 : 3 ) anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alami. Belajar akan lebih baik dan bermakna jika anak akan mengalami dari apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbutki berhasil dalam kompetensi menginta jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Menurut Djamarah (2005: 88) pembelajaran dengan keterampilan proses “bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik memahami, menyadari dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik”. Rangkaian kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan. Sehingga siswa dapat belajar memahami dan mengalami dari apa yang dipelajarinya, kemudian mengkonstruksikan pemahaman itu ke dalam lingkungan nyata sehingga dari perlakukan seperti itu dampak belajar yang selama ini tidak pernah bertahan lama, karena berorientasi pada target penguasaan materi yang sudah ditentukan waktunya dalam kurikulum sehingga terbukti ketidak mampuan siswa dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan jangka panjang belajar hanya diperuntukkan untuk mengingat jangka pendek, tidak mampu memberikan bekal kepada anak untuk dapat memecahkan persoalan dalam lingkungan sebenarnya.
Menurut Diknas dalam Muhsan (2004 : 3 ) anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alami. Belajar akan lebih baik dan bermakna jika anak akan mengalami dari apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbutki berhasil dalam kompetensi menginta jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Dengan demikian, hasil belajar yang bermakna adalah jika anak dapat menggunakan apa yang telah dipelajari dengan bebas dan penuh kepercayaan dalam berbagai situasi dan kondisi dalam hidupnya. Hasil belajar tersebut juga benar-benar mengandung arti bagi kehidupan siswa itu sendiri. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses bukan semata-mata untuk mentransformasikan pengetahuan kepada siswa, tetapi apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Dalam kondisi seperti ini maka guru dalam mengajar tidak dapat mengikuti satu pola mengajar tertentu yang diikuti secara rutin sehingga dapat menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar mengajar yakni keterampilan proses yang merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.
“Model pembelajaran keterampilan proses harus melibatkan beberapa komponen pokok pembelajaran yang efektif yaitu mengamati, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan”. (Dimiyati, 1999 : 145). Kaitannya dengan hal ini, berdasarkan studi awal peneliti (25 April 2007) bahwa metode ceramah masih menjadi metode yang utama digunakan oleh guru-guru di MTs Negeri 2 Mataram dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran IPA sehingga siswa tidak dilibatkan secara penuh dalam proses belajar mengajar. Hal ini dibenarkan oleh guru Faizin, S.PdI selaku guru biologi kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram.
Dengan alasan inilah peneliti ingin menerapkan pendekatan keterampilann proses untuk dapat meningkatkan hasil belajara IPA pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram dengan judul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008”.
“Model pembelajaran keterampilan proses harus melibatkan beberapa komponen pokok pembelajaran yang efektif yaitu mengamati, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan”. (Dimiyati, 1999 : 145). Kaitannya dengan hal ini, berdasarkan studi awal peneliti (25 April 2007) bahwa metode ceramah masih menjadi metode yang utama digunakan oleh guru-guru di MTs Negeri 2 Mataram dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran IPA sehingga siswa tidak dilibatkan secara penuh dalam proses belajar mengajar. Hal ini dibenarkan oleh guru Faizin, S.PdI selaku guru biologi kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram.
Dengan alasan inilah peneliti ingin menerapkan pendekatan keterampilann proses untuk dapat meningkatkan hasil belajara IPA pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram dengan judul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menerapkan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas VIII MTS Negeri 2 Mataram ?.
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menerapkan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas VIII MTS Negeri 2 Mataram ?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah “Untuk mengetahui penerapan ketrampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas VIII MTS Negeri 2 Mataram.
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah “Untuk mengetahui penerapan ketrampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas VIII MTS Negeri 2 Mataram.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dapat dilihat dari dua segi yaitu secara praktis dan kegunaan secara teoritis.
a. Kegunaan Secara Teoritis
Kegunaan secara teoritis, yaitu :
- Membangun minat belajar siswa untuk mengikuti pelajaran sehingga mengubah kedudukannya sebagai subyek dalam proses belajar mengajar.
- Untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram
b.Kegunaan Secara Praktis
Kegunaan secara praktis yaitu informasi data yang akan diperoleh dalam penelitian ini diharapkan :
- Melatih siswa berfikir kritis, mandiri, dan profesional dalam bidangnya sesuai dengan kreatifitas yang dimiliki melalui penerapan pendekatann keterampilan proses sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran IPA khususnya dapat tercapai
- Sebagai bahan acuan tambahan bagi lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram.
E. Hipotesis
“Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan pada penelitian” (Arikunto, 2002 : 64), hal yang sama dijelaskan oleh sudjana (2001: 12) bahwa hipotesis adalah jawaban sementara/dugaan sementara terhadap pertanyaan peneliti. secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya, secara praktis hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dilapngan.
Jadi hipotesis adalah dugaan sementara yang secara teortis dan praktis diuji kebenarannya di lapangan. Dalam penelitianada duamacam hipotesis yang dapat diajukanoleh peneliti yaitu hipotesis alternatif (Ha) yang mengatakan bahwa ada pengaruh atau hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. sedangkan hipotesis nihil (Ho) adalah kebalikan dari hipotesis alternatif, hipotesis nihil (Ho) mengatakan bahwa tidak adanya pengaruh atau hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.
Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada Siswa kelas VIII MTS Negeri 2 Mataram.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalapahaman penafsiran istilah dalam judul ini maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
- Penerapan
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kata penerapan berasal dari kata terap dengan mendapatkan konfiks pe-an menjadi penerapan yang “berarti pemasangan”, pengenaan, perihal “mempraktekkan (kamus umum bahasa Indonesia”, 1984 : 1059). Dari defenisi ini dapat ditarik pengertian bahwa kata penerapan dalam penegasan istilah bermakna menggunakan dan mempraktekkan pendekatan keterampilan proses dalam belajar mengajar IPApada pokok pembahasan pertumbhan dan perkembanga pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram
Dengan demikian kata penerapan menunjukkan pada seorang guru melakukan praktek pembelajaran dengan metode pendekatan keterampilan proses sehingga nantinya mendapatkan suatu perubahan melalui usaha penerapannya. Perubahan itu dapat berupa hasil belajar dan aktivitas (tingkah laku siswa) dalam hal ini siswa-siswi Kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram.
2. Pendekatan Keterampilan Proses
“Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menakankan pada proses belajar mengajar yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari” (Mulyasa, 2005 : 99). Pendekatan keterampilan proses terjadi apabila siswa dapat menerapkan dan mengalami apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya atau pengalaman sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses dalam penegasan istilah ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang semata-mata menekankan pada siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar IPA agar kreatifitas yang adadalam diri siswa dapat dikembangkan seperti keterampilan mengamati, mengkomunikasikan dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran oleh karena itu hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai dan diperoleh dalam pembelajaran IPA siswa Kelas VIII MTs Negeri 2 Mataram atas dasar usaha yang diterima melalui pendekatan keterampilan proses yang diterapkan oleh guru sehingga nampak pada diri siswa berupa hasil belajar yang dapat diukur oleh guru melalui pemberian tes kepada siswa berupa tes tulis, perubahan tingkah laku secara kuantitatif dan diharapkan dapat menggunakan apa yang telah dipelajari dapat diterapkan berbagai situasi dan kondisi dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial yang makin maju menuntut perubahan cara guru di dalam mengajar. Di zaman sekarang ini guru tidak mungkin lagi sebagai pemberi ilmu atau sumber belajar yang tunggal.
Untuk mengatasi semua fakta konsep dan prinsip pada siswa. Dengan kata lain siswa harus dimotivasi dan diberi kesempatan untuk mencari, meneliti, mempelajari sendiri tentang suatu hak/pokok bahasan dengan bimbingan intensif dari pada guru. Untuk itu siswa diharapkan memiliki keterampilan proses yang baik agar mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dari potensi yang dimiliki secara penuh serta menyadari dan dapat menggunakan petensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu siswa juga diharapkan lebih terlatih untuk menyelesaikan masalah sehari-hari serta lebih terampil dalam mengatasi menjelajah dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya.
Selain itu, guru juga diharapkan mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, harus memiliki kemampuan profesional meliputi :
a. Guru harus menguasai bahan pelajaran dalam kurikulum dan penunjang bidang studi
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media
e. Menguasai landasan-landasan pendidikan
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
h. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. (Depdikbud 1985 Dalam suyosubroto, 2002 : 5)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial yang makin maju menuntut perubahan cara guru di dalam mengajar. Di zaman sekarang ini guru tidak mungkin lagi sebagai pemberi ilmu atau sumber belajar yang tunggal.
Untuk mengatasi semua fakta konsep dan prinsip pada siswa. Dengan kata lain siswa harus dimotivasi dan diberi kesempatan untuk mencari, meneliti, mempelajari sendiri tentang suatu hak/pokok bahasan dengan bimbingan intensif dari pada guru. Untuk itu siswa diharapkan memiliki keterampilan proses yang baik agar mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dari potensi yang dimiliki secara penuh serta menyadari dan dapat menggunakan petensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu siswa juga diharapkan lebih terlatih untuk menyelesaikan masalah sehari-hari serta lebih terampil dalam mengatasi menjelajah dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya.
Selain itu, guru juga diharapkan mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, harus memiliki kemampuan profesional meliputi :
a. Guru harus menguasai bahan pelajaran dalam kurikulum dan penunjang bidang studi
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media
e. Menguasai landasan-landasan pendidikan
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
h. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. (Depdikbud 1985 Dalam suyosubroto, 2002 : 5)
Kompetensi profesional di atas merupakan profil kemampuan dasar yang harus dimiliki guru. Oleh karena itu, sepuluh kompetensi terebut secara operasional akan mencerminkan fungsi dan peranan guru dalam memilih pendekatan pengajaran yang akan digunakan dalam belajar mengajar, untuk itulah pentingnya pendekatan keterampilan proses terutama dalam pembelajaran IPA. Pendekatan keterampilan proses adalah wawasan atau panutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa (Dimiyati, 1994 : 138).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan keterampilan proses semata-mata menekankan pada keterampilan mengelola, memproses, menemukan serta merumuskan atau dengan kata lain keterampilan proses menuntut kreatifiktas yang ada dalam diri siswa untuk digali dan dikembangkan.
Pendekatan keterampilan proses sangat tepat sekali digunakan dalam pembelajaran IPA, karena IPA itu terbentuk dan berkembang melalui proses ilmiah yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna yang dapat digunakan sebagai bekal pengembangan diri selanjutnya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat sehingga tidak mungkin lagi bagi guru untuk dapat mengajarkan kepada muridnya segala fakta dan konsep disiplin ilmu dengan waktu belajar yang terbatas, sehigga pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu metode yang diterapkan oleh guru untuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan siswa agar mudah dipahami betapa banyaknya kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan atau dilatih kepada peserta didik.
Adapun keterampilan yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPA adalah keterampilan mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, merencanakan dan mengkomunikasikan hasil dari penelitian atau praktikum yang telah dilakukan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan keterampilan proses semata-mata menekankan pada keterampilan mengelola, memproses, menemukan serta merumuskan atau dengan kata lain keterampilan proses menuntut kreatifiktas yang ada dalam diri siswa untuk digali dan dikembangkan.
Pendekatan keterampilan proses sangat tepat sekali digunakan dalam pembelajaran IPA, karena IPA itu terbentuk dan berkembang melalui proses ilmiah yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna yang dapat digunakan sebagai bekal pengembangan diri selanjutnya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat sehingga tidak mungkin lagi bagi guru untuk dapat mengajarkan kepada muridnya segala fakta dan konsep disiplin ilmu dengan waktu belajar yang terbatas, sehigga pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu metode yang diterapkan oleh guru untuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan siswa agar mudah dipahami betapa banyaknya kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan atau dilatih kepada peserta didik.
Adapun keterampilan yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPA adalah keterampilan mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, merencanakan dan mengkomunikasikan hasil dari penelitian atau praktikum yang telah dilakukan.
1. Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan
b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan
b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.
2. Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar yang optimal
c. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati, 2002: 137)
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
b. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya bersifat relatif
d. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
3. Pola Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
Dalam pola pelaksanaan keterampilan proses, hendaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Asas pelaksanaan keterampilan proses
Menurut (Azhar, 1993) dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler, serta pembelajaran yang berupa TPU dan TPK.
2. Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan (potensi) sesuai dengan kudratnya.
3. Harus memberi kesempatan, penghargaan dan movitasi kepada peserta didik untuk berpendapat, berfikir dan mengungkapkan perasaan dan pikiran.
4. Siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa.
5. Perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk mengola hasil temuannya.
6. Harus berpegang pada prinsip "Tut Wuri Handayani". Memperhatikan azas-azas tersebut, nampaknya yang menjadi titik perkenannya adalah siswa itu adalah siswa itu sendiri sebagai subyek didik dan juga guru dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses benar-benar memperkirakan perbedaan masing-masing siswa.
b. Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).
Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000).
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).
Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000).
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).
Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".
f. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).
Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
c. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus melakuka langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.
Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
a. Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
b. Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
2. Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
a. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
b. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
c. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
d. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
e. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
f. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.
g. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).
Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".
f. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).
Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
c. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus melakuka langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.
Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
a. Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
b. Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
2. Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
a. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
b. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
c. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
d. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
e. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
f. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.
g. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
3. Penutup
Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik untuk
a. Mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan hasil yang telah diperolehnya
b. Mengadakan tes akhir
c. Memberikan tugas-tugas lain
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik untuk
a. Mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan hasil yang telah diperolehnya
b. Mengadakan tes akhir
c. Memberikan tugas-tugas lain
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar