ANEMIA adalah istilah yang
digunakan pada keadaan penurunan konsentrasi haemoglobin dalam darah sampai
kadar (untuk wanita hamil) di bawah 11 gr% atau keadaan kurang 10,5% pada
trimester II (ANEMIA adalah suatu penyakit dimana kadar Haemoglobin (Hb)
dibawah normal).
ANEMIA Gizi adalah
kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan
zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian
besar ANEMIA ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga
disebut ANEMIA Kekurangan Zat Besi atau ANEMIA Gizi Besi. Pada
penderita ANEMIA, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah
merah (haemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebab bisa karena
kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah,misalnya zat besi, asam folat, dan
vitamin B 12. Tetapi yang sering terjadi adalah ANEMIA karena kekurangan
zat besi.
Proses
kekurangan zat besi sampai menjadi ANEMIA melalui beberapa tahap.
Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi
dengan masukan zat besi, lama kelamaam timbul gejala ANEMIA disertai penurunan
Hb.
Gejala awal
ANEMIA
zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya
konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh
menurun, dan pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk.
Selain itu, wajah, selaput lendir, kelopak mata, bibir, dan kuku penderita
tampak pucat. Kalau ANEMIA sangat berat, dapat berakibat penderita sesak
nafas,bahkan lemah jantung.
I.
PENYEBAB
1.
Sebagian besar ANEMIA di Indonesia disebabkan oleh
kekurangan zat besi.
2.
Zat besi adalah salah satu unsur gizi merupakan
komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu disebut “ ANEMIA Gizi Besi ”
3.
Amenia Gizi Besi dapat terjadi karena :
a.
Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan.
-
Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah :
makanan yang berasal dari hewani ( seperti ikan, daging, hati, ayam).
-
Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran
hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa
diserap dengan baik oleh usus.
b.
Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
-
Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja,
kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam.
-
Pada masa kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi
diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
-
Pada penderita penyakit menahun seperti TBC.
c.
Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
-
Kecacingan (terutama cacing tambang). Infeksi cacing
tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi
terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
-
Malaria pada penderita ANEMIA Gizi Besi, dapat
memperberat keadaan ANEMIAnya.
-
Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan
zat besi yang ada dalam darah.
II.
TANDA-TANDA DAN AKIBAT ANEMIA
Pemeriksaan keadaan Hb dan
darah tepi akan memberikan kesan pertama. Pemeriksaan Hb dengan spektrofometri
merupakan standar, kesulitan ialah alat ini hanya tersedia di kota besar.
Di Indoensia penyakit kronik seperti malaria dan TBC masih
sering relatif dijumpai sehingga pemeriksaan khusus darah tepi dan sputum perlu
dilakukan. Selanjutnya pemeriksaan khusus untuk membedakan dengan depensiasi
asam folat dan thalasemia juga dapat memungkinkan.
1.
Tanda-tanda ANEMIA :
LESU, LEMAH, LETIH,
LELAH, LALAI (5 L)
Sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang (terutama bila mendadak berdiri
sehabis duduk atau berbaring), pingsan.
Gejala
lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat, nafas pendek-pendek, jantung berdenyut dengan cepat.
2.
Akibat ANEMIA pada Ibu hamil :
-
Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan
-
Meningkatkan resiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir
Rendah atau BBLR (< 2,5 kg).
-
Pada ANEMIA berat, bahkan menyebabkan
kematian ibu dan/atau bayinya.
III.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan keadaan Hb dan
darah tepi akan memberikan kesan pertama. Pemeriksaan Hb dengan spektrofometri
merupakan standar, kesulitan ialah alat ini hanya tersedia di kota besar.
Di Indoensia penyakit kronik seperti malaria dan TBC masih
sering relatif dijumpai sehingga pemeriksaan khusus darah tepi dan sputum perlu
dilakukan. Selanjutnya pemeriksaan khusus untuk membedakan dengan depensiasi
asam folat dan thalasemia juga dapat memungkinkan.
IV.
CARA MENCEGAH
DAN MENGOBATI ANEMIA
1.
Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas)
sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2.
Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan
minum Tablet Tambah Darah (TTD).
3.
Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat ANEMIA
seperti : kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
V.
TABLET TAMBAH DARAH (TTD)
Apakah Tablet Tambah Darah itu ?
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap
tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg zat besi dan 0,25 mg asam
folat.
Wanita yang mengalami hamil, menyusui, sehingga zat besinya
sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja.
Apa yang harus diperhatikan tentang Tablet Tambah Darah ?
Minumlah Tablet Tambah Darah dengan air putih, jangan minum
dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam
tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak
membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar
dan tinja berwarna hitam.
Untuk mengurangi gejala sampingan, minumlah TTD setelah makan
malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum TTD disertai makan
buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dan lain-lain.
Tablet Tambah Darah tidak menyebabkan tekanan darah tinggi
atau kebanyakan darah.
ANEMIA adalah masalah
kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi ANEMIA
pada ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita ANEMIA.
Pada trimester pertama kehamilan. Zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak
terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester
kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai
35%,ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah.
Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat
melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali
lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar