Pages

Minggu, 29 April 2012

PEMBELAJARAN JIGSAW


BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran”.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakanng tersebut maka dapat diberikan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw ?
2.      Bagaimana model pembelajaran jigsau tersebut ?
3.      Bagaimana proses pembelajaran yang berlangsung ketika pembelajaran jigsaw ini diterapkan ?
C.    TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka tujuan disusunnya makalah ini  yaitu
1.      Mahasisiwa dapat mengetahui pengertian dari pembelajaran jigsaw.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami model pembelajaran jigsaw.
3.      Mahasisiwa dapat mengetahui dan memahami proses atau sintaks dari pembelajaran jigsaw.









BAB II ISI
TIM AHLI (JIGSAW)
a.      Gambaran Umum Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aroson dan teman dari universitas texas, dan diadopsi oleh slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

b.      Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw
1.      Siswa dibagi atas beberapa kelompok
2.      Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub bab.
3.      Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4.      Anggota dari kelompok yang  lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5.      Setiap anggota kelompok ahli  setelah kembali kekelompoknya bertugas menjelaskan kepada teman-temannya.
6.      Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

c.       Jigsaw Tipe II
Jigsaw tipe II ini dikembangkan oleh slavin (Roy Killen, 1996) dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe Jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberikan materi baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (Expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut.
Model pembelajaran tipe Jigsaw ini ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw tipe I dan jigsaw tipe II. Pada Jigsaw tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya.
Sedangakan pada Jigsaw tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi Expert. Hal ini untuk mempeoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Ø  Sintax Pembelajaran Jigsaw
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II ini yaitu :
a.       Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Membrikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
b.      Pengelompokan
Pengelompokan dalam kelas dilakukan dengan heterogen menurut kemampuannya dalam matematika.
c.       Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya kelompok yang sudah dibentuk, diberikan materi sesuai dengan kelompoknya.dan dibina supaya menjadi expert. Tiap kelompok diberikan konsep matematika sesuai dengan kemampuannya. Misalnya kelompok I yang terdiri dari siswa yang sangat baik kemampuannya diberikan materi yang kompleks, begitu juga pada kelompok yang lainnya.
Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam grup sebagai tim ahli “expert”, dalam hal ini peran pendidik sangat penting.
d.      Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini , masing-masing kembali dalam kelompok semula. Pada fase ini semua kelompok memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidika mempersilakan anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing. Dalam proses ini akan terjadi sharing pengetahuan diantara setiap anggota.


Aturan dalam fase ini yaitu :
ü  Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota mempelajari materi yang diberikan.
ü  Memperoleh pengeahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota benar-benar menguasai konsep.
ü  Tanyakan pada anggota grup sebelum bertanya kepada pendidik.
ü  Diskusi dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup/kelompok lain.
ü  Dalam mengakhiri diskusi perlu adanya perayaan supaya siswa memperoleh kepuasan.
e.       Tes (penilaian)
Pada tahap ini pendidik memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikannya. Pada proses pengerjaan tes siswa tidak boleh bekerja sama.
f.       Pengakuan kelomok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor tersebut melewati skor rata-rata sebelumnya. Setiap siswa berhak memberikan kontribus point kepada setiap anggota kelompoknya dalam sistem skor kelmpok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melebihi skor dasar yang diperolehnya.

Ø  Kekurangan pembelajaran kooperatif jigsaw dan upaya mengatasinya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
2.      Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
3.      Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4.      Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5.      Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
  2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
  3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
  4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
  5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.














BAB III PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :


DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Bambang Sudibyo. 2008. Materi Road Show Dewan Pendidikan Bersama Tim Wajar Dikdas Kabupaten Kuningan. Kuningan : Dewan Pendidikan Kabupaten Kuningan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar