BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memecahkan Masalah dihadapi oleh setiap manusia dalam
hidupnya dan setiap Masalah tersebut dipecahakan, maka orang tersebut sudah
menemukan pelajaran baru. Karena itu memecahkan Masalah merupakan suatu
bentuk belajar. Tetapi tidak semua Masalah yang dihadapi manusia dapat
dipecahkan begitu saja, memecahkan Masalah mempnyai cara tersendiri.
Tidak sedikit ahli yang megemukakan pendapat tentang cara penyelesaian Masalah
yang dihadapi seseorang. Langkah-langkah penyelesaian Masalah tidak hanya digunakan oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi penyelesaian Masalah juga banyak digunakan dalam
dunia pendidikan salah satunya adalah pada pembelajaran matematika. Pemecahan
Masalah
dalam dunia pembelajaran matematika masuk pada pendekatan sering disebut
pendekatan Problem Solving. Pendekatan Pemecahan Masalah
banyak digunakan oleh para guru matematika karena pendekatan Pemecahan
Masalah
sudah diakui keberhasilannya dalam mencapai tujuan pembelajaran khususnya
matematika. Namun, bagi calon guru mungkin masih bingung tentang pendekatan Pemecahan
Masalah
tersebut, maka dari hal tesebut makalah ini hadir untuk memberi penjelasan
tentang Pemecahan Masalah. Mulai dari definisi
pengajaran Pemecahan Masalah, ciri-ciri pengajaran
berdasarkan Masalah, tujuan dan manfaat pengajaran berdasarkan Masalah,
kelebihan dan kekurangan, dan sintaks pengajaran berdasarkan Masalah
serta penerapan pengajaran berdasarkan Masalah dalam pembelajaran
matematika.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut dapat
diambil rumusan Masalah, yaitu:
1.
Apa definisi pengajaran Pemecahan
Masalah?
2.
Apa saja ciri-ciri pengajaran
berdasarkan Masalah?
3.
Apa tujuan dan manfaat pengajaran
berdasarkan Masalah?
4.
Apa
kelebihan dan kekurangan pengajaran berdasarkan Masalah?
5.
Bagaimana
langkah-langkah pengajaran berdasarkan Masalah?
6.
Bagaimana penerapan pengajaran
berdasarkan Masalah dalam pembelajaran matematika?
C. TUJUAN
Dari latar belakang tersebut dapat
diambil rumusan Masalah, yaitu:
1.
Menjelaskan definisi pengajaran Pemecahan
Masalah
2.
Menyebutkan ciri-ciri pengajaran
berdasarkan Masalah
3.
Menjelaskan tujuan dan manfaat
pengajaran berdasarkan Masalah
4.
Menyebutkan kelebihan dan kekurangan
pengajaran berdasarkan Masalah
5.
Menjelaskan langkah-langkah pengajaran
berdasarkan Masalah
6.
Menjelaskna penerapan pengajaran
berdasarkan Masalah dalam pembelajaran matematika
BAB II
PENGAJARAN PEMECAHAN MASALAH
A.
Definisi
Pengajaran Berdasarkan Masalah
Menurut
Dewey belajar berdasarkan Masalah adalah interaksi antara
stimulus dengan repons, merupakan hubungan dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan Masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga Masalah
yang dihadapi dapat diselidiki, diniai, dianalisis, serta dicari Pemecahannya
dengan baik.
Pengajaran
berdasarkan Masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini memebantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk menegmbangkan pengetahuan dasar maupun dasar.[1]
Pemecahan
Masalah
merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Memecahkan Masalah
dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan
yang telah dipelajarinya terlebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan Masalahyang
baru. Namun, memecahakan Masalah tidak sekedar menerapkan
aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru.
Pemecahan
Masalah,
metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya (discopery) tampa bantuan khusus. Namun
discopery atau penemuan sendiri bukan syarat mutlak untuk memahami
aturan-aturan yang lebih tinggi tarafnya. Akan tetapi ternyata, bahwa aturan
menemukan aturan sendiri yang lebih tinggi dan akan diingat dalam jangka waktu
lebih lama.
Memecahkan
Masalah
dihadapi oleh setiap manusia dalam hidupnya dan setiap Masalah tersebut
dipecahakan, maka kita sudah menemukan pelajaran baru. Karena itu memecahkan Masalah
merupakan suatu bentuk belajar.[2]
Menurut
Arends (1997), pengajaran berdasarkan Masalah merupakan suatu pendekatan
pemebelajaran dimana siswa mengerjakan perMasalahan yang autentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
mengembangkan tingkat berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan
percaya diri.[3]
Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian Masalah yang dihadapi secara ilmiah
Hakikat Masalah dalam Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) adalah gap
atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara
kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa
dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh
karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak pelajaran atau topik tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber
dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari
peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.[4]
Belajar Pemecahan Masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis,
teratur dan teliti. Tujuannya ialah untk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memcahkan Masalah secara rasional, lugas dan
tuntas.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana
belajar Pemecahan Masalah. Untuk keperluan ini, guru
(khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan
menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara Pemecahan
Masalah[5]
B.
Ciri-Ciri
Pengajaran Berdasarkan Masalah
Menurut
Arends (2001:349), berbagai pengembanagan
pengajaran berdasarkan Masalah telah memberikan model
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Pengajuan pertanyaan atau Masalah.
Pembelajaran berdasarkan Masalah mengorganisasikan pengajaran
disekitar pertanyaaan dan Masalah yang dua-duanya secara
sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2.
Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan Masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu, Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata
agar dalam Pemecahannya, siswa meninjau Masalah itu dari banyak
mata pelajaran.
3.
Penyelidikan autentik. Pembelajaran
berdasarkan Masalah mengahruskan siswa melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyeesaian nyata terhadap Masalah nyata.
4.
Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajaran berdasarkan Masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian Masalah yang mereka
temukan.
5.
Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan Masalah
dicirkan oleh siswa yang bekerja sama dengan yang lainnya, paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil.[6]
Adapun ciri-ciri utama dari Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) adalah
sebagai berikut:
1.
PBM merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi PBM ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa.
2.
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan Masalah. PBM menempatkan Masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran tanapa Masalah maka tidak mungkin ada
proses pembelajaran.
Sedangkan dalam buku Strategi Belajar matematika (Irzani:2009),
ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan Masalah adalah meliputi suatu
pengajuan pertanyaan atau Masalah, memusatkan keterkaitan
antar disiplin. Penyelidikan autentik (terapan), kerjasama, dan menghasilkan
karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan Masalah tidak dirancang
untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.[8]
C.
Tujuan
dan Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tujuan
Pengajaran Berdasarkan Masalah
1.
Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan ketterampilan Pemecahan Masalah
Secara sederhana
berpikir diartikan sebagai proses yang melibatkan operasi mental seperti
penalaran. Berpikir juga diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis,
mengkrritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan
yang seksama.
Hakikat kekomplekan dan
konteks dari keterampila berpikir tingkat tinggi tidak dapat diajarkan
menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan
yang lebih konkret, tetapi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Pemecahan
Masalah
(Problem
Solving) oleh peserta didik sendiri
2.
Belajar peranan orang dewasa yang
autentik
Menurut Resnick, bahwa
model pembelajaran berdasarkan Masalah amat penting untuk
menjembatani gap antara pembelajaran disekolah formal dengan aktivitas mental
yang lebih praktis yang dijumpai diluar sekolah.
3.
Menjadi pembelajaran yang mandiri
Problem
Based Instuktrion (PBI) berusaha membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara
berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan,
mencari penyelasaian Masalah nyata oleh mereka sendiri,
siswa belajar untuk menyelesaikan menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri
dalam hidupnya yang layak.[9]
Sedangkan, manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah,
yaitu PBM tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan Masalah dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, Pemecahan Masalah,
dan keterampilam intelektual.
Menurut
Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode Pemecahan
Masalah.
Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan
menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak diperoleh dari buku,
tetapi dari Masalah yang ada disekitarnya.[10]
Strategi
pembelajaran dengan Pemecahan Masalah dapat diterapkan:
1.
Manakala guru
menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran,
akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
2.
Apabila guru
bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa, yaitu
kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam
situasi baru.
3.
Manakala guru menginginkan kemampuan
siswa untuk memecahkan Masalah serta membuat tantangan
intelektual siswa.
4.
Jika guru ingin
mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya
5.
Jika guru ingin
agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam
kehidupannya.[11]
D.
Kelebihan
dan kekurangan Pengajaran Berdasarkan Masalah
(PBM)
Kelebihan
Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) sebagai suatu
pendekatan pembelajaran, yaitu:
1.
Realistik dengan kehidupan siswa
2.
Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3.
Memupuk sifat inquiry siswa
4.
Retensi siswa jadi kuat
5.
Memupuk kemampuan Pemecahan Masalah[12]
Sedangkan, dalam strategi pembelajaran (Wina Sanjaya : 2006) PBM memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya:
1.
Pemecahan Masalah (Problem
Solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dapat
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa.
3.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dapat
membantu siswa bagaimana menstransfer pengetahuan mereka untuk memahami Masalah
dalam kehidupan nyata.
5.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dapat
membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap matapelajaran pada dasarnya merupakan
cara berfikir yang harus dimengerti oleh siswa.
7.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dianggap
lebih menyenangkan dan disukai siswa
8.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis.
9.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dapat
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.
10.
Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.[13]
Disamping keunggulan, SPBM
juga memiliki kelemahan diantaranya:
1.
Manakala siswa
tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa Masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2.
Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui Pemecahan
Masalah
(Problem Solving) membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahakan Masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.[14]
Pendapat
lain tentang kekurangan Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM), yaitu:
1.
Persiapan pembelajaran (alat, problem,
konsep) yang kompleks
2.
Sulitnya mencari problem yang relevan
3.
Sering terjadi Miss-konsepsi
4.
Konsumsi waktu, model ini memerlukan
waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.[15]
E.
Langkah-Langkah
Pengajaran Berdasarkan Masalah
Sintaks
suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh
guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan Masalah
terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa
dengan situasi Masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja.
Sintaks
Pengajaran Berdasarkan Masalah[16]
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
Tahap-1
Orientasi siswa pada Masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena/demonstrasi/cerita untuk memunculkan Masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam Pemecahan Masalah yang dipilih.
|
Tahap-2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
|
Guru
membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan Masalah tersebut
|
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan emecahan Masalah.
|
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiakan karya yang sesuai seperti
laporan, video, model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
|
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses Pemecahan Masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk
penerapan PBM , John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika
menjelaskan 6 langkah PBM yang kemudian
dia namakan metode Pemecahan Masalah (Problem Solving), yaitu:
1.
Merumuskan Masalah,
yaitu langkah siswa menentukan Masalah yang akan dipecahkan.
2.
Menganalisis Masalah,
yaitu langkah siswa meninjau Masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
3.
Merumuskan
hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan Pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4.
Mengumpulkan
data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk Pemecahan Masalah.
5.
Pengujian
hipotesis, yaitu langkah siswa untuk mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
6.
Merumuskan rekomendasi Pemecahan
Masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang
dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.[17]
Sesuai dengan
tujuan PBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa untuk PBM yang dikemukakan oleh para ahli, maka secara umum PBM bisa
dilakukan dengan langkah-langkah:
1.
Menyadari Masalah,
implementasi PBM harus dimulai dengan kesadaran adanya Masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya
kesenjangan yang dapat dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
2.
Merumuskan Masalah,
kemampuan siswa untuk dapat menetukan proritas Masalah. Siswa dapat
memamfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, merinci dan menganalisis Masalah
sehingga pada akhirnya muncul rumusan Masalah yang jelas, spesifik, dan
dapat dipecahkan.
3.
Merumuskan
hipotesis, kemampuan siswa untuk dapat menetukan sebab akibat dari Masalah
yang ingin diselesaikan.
4.
Mengumpulkan
data, kemampuan siswa untuk dapat mengumpulkan data dan memilih data, kemudian
memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5.
Menguji
hipotesis, kemampuan siswa untuk dapat menelaah data dan
sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan Masalah yang dikaji dan
dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.
Menentukan pilihan penyelesaian, kemampuan siswa untuk
dapat memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta
dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan
alternatif yang dipilihnya.
Sedangkan
menurut Ibrahim (2003:15), peran guru didalam kelas PBI antara lain sebagai
berikut:
1.
Mengajukan Masalah atau
mengorientasikan siswa kepada Masalah autentik, yaitu Masalah
kehidupan nyata sehari-hari
2.
Memfasilitasi/membimbing penyeidikan
misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan
3.
Memfasilitasi dialog siswa
4.
Mendukung belajar siswa.[18]
Sedangkan
cara membantu anak dalam memecahkan Masalah, yaitu:
1.
Cara yang paling tidak efektif adalah
bila kita memperlihatkan kepada anak tentang cara memecahkan Masalah
itu.
2.
Cara yang lebih baik adalah memberikan
intruksi kepada anak secara verbal untuk membantu anak memecahkan Masalah
itu.
3.
Cara yang terbaik ialah memecahkan Masalah
itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, tampa merumuskan
aturan itu secara verbal. Dengan menggunakan contoh, gambar-gambar, dan
sebagainya, belajar anak itu di bantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri Pemecahan
Masalah
itu.[19]
F.
Penerapan
Pengajaran Berdasarkan Masalah Dalam
Pembelajaran Matematika
Banyak sekali
materi matematika yang lain yang bisa diselesaikan dengan pengajaran
berdasarkan Masalah. Salah satunya tentang Kesebangunan Bangun Datar. Dalam hal ini Kesebangunan Bangun Datar dengan
standar kompetensi memahami
kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam Pemecahan Masalah
dan kompetensi dasar mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen).
Kegiatan inti
pembelajaran berdasarkan Masalah yaitu Siswa diminta untuk
melakukan kegiatan seperti yang ada dalam buku paket latihan 1.1 hal 3 tentang
dua bangun datar yang kongruen.
Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1.
Siswa
diminta membuat jajar genjang ABCD dan EFGH
2.
Siswa
menggunting gambra tersebut dengan mengikuti sisi-sisinya
3.
Siswa
menempelkan jajargenjang ABCD di atas jajargenjang EFGH sedemikian hingga
menutup dengan sempurna jajargenjang EFGH.
4.
Siswa memperhatikan
masing-masing sisi dan sudut yang saling berhimpitan.
5.
Siswa berdiskusi dengan
dengan teman, apakah pada kedua bangun di atas terdapat pasangan sisi-sisi yang
sama panjang dan sudut-sudut yang sama besar? Apakah kedua segitiga itu
kongruen? Jelaskan alasanmu!
Dari langkah-langkah tersebut siswa dapat menemukan
sendiri tentang syarat dua bangun datar yang kongruen.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah ini dapat
disimpulkan bahwa,
A.
Pengajaran berdasarkan Masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat
tinggi. Pembelajaran ini memebantu siswa untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk menegmbangkan pengetahuan
dasar maupun dasar
B.
Menurut
Arends ciri-ciri pengajaran berdsarkan Masalah yaitu
1.
Pengajuan pertanyaan atau Masalah.
2.
Berfokus pada keterkaitan antardisiplin
3.
Penyelidikan autentik
4.
Menghasilkan produk dan memamerkannya.
5.
Kolaborasi.
C.
Tujuan
Pengajaran Berdasarkan Masalah
1.
Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan ketterampilan Pemecahan Masalah
2.
Belajar eranan orang dewasa yang
autentik
3.
Menjadi pembelajaran yang mandiri
Manfaat
Pengajaran berdasarkan Masalah yaitu Pengajaran Berdasarkan
Masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, Pemecahan
Masalah,
dan keterampilam intelektual.
D. Kelebihan
Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) sebagai suatu
pendekatan pembelajaran, yaitu:
1.
Realistik dengan kehidupan siswa
2.
Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3.
Memupuk sifat inquiry siswa
4.
Retensi siswa jadi kuat
5.
Memupuk kemampuan Pemecahan Masalah
Sedangkan,
kekurangan Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM), yaitu:
1.
Persiapan pembelajaran (alat, problem,
konsep) yang kompleks
2.
Sulitnya mencari problem yang relevan
3.
Sering terjadi Miss-konsepsi
4.
Konsumsi waktu, model ini memerlukan
waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
E. John
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah
PBM yang kemudian dia namakan metode Pemecahan
Masalah
(Problem Solving), yaitu:
1.
Merumuskan Masalah
2.
Menganalisis Masalah
3.
Merumuskan hipotesis
4.
Mengumpulkan data
5.
Pengujian hipotesis
6.
Merumuskan
rekomendasi Pemecahan Masalah
DAFTAR PUSTAKA
Irzani.2009. Strategi Belajar Mengajar Matematika.Yogyakarta:Media
Grafindo Press.
Nasution.
2000. Berbagai PendekatanDalam Proses
Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta:Kencana
Prenada Media.
Syah,
Muhibbin. 2010.Psikologi Belajar.
Cetakan ke-10 (edisi revisi). Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif – Progresif. Edisi pertama cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
2.
Buku paket Matematika untuk SMP/MTs Kelas IX
[1]
Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif – Progresif. Edisi pertama cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group. Hal.91
[2] Prof.Dr.S.Nasution. 2000. Berbagai PendekatanDalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi
Aksara. Hal 172
[3]
Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif – Progresif. Edisi pertama cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group. Hal.92
[4] Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.PD. 2006. Strategi Pembelajaran.
Jakarta. Kencana Prenada Media. Hal. 214-215
[5]Muhibbin Syah.
2010.Psikologi Belajar. Cetakan ke-10
(edisi revisi). Jakarta Raja Grafindo
Persada. Hal.127
[6] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Edisi pertama
cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal.93
[7] Prof. Dr. H.
Wina Sanjaya, M.PD. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada
Media. Hal. 214
[9] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Edisi pertama
cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal 94
[11] Prof. Dr. H.
Wina Sanjaya, M.PD. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada
Media. Hal. 214
[12] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Edisi pertama
cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal 96
[13] Prof. Dr. H.
Wina Sanjaya, M.PD. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada
Media. Hal. 220
[14] Ibid hal 220
[15] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Edisi pertama
cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal 97
[17] Prof. Dr. H.
Wina Sanjaya, M.PD. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada
Media. Hal 217
[18] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Edisi pertama
cetakan ke-3. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal 97
[19] Prof.Dr.S.Nasution. 2000. Berbagai PendekatanDalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi
Aksara. Hal 175
Tidak ada komentar:
Posting Komentar